Kuliah ternyata berat sekali.
Saya dahulu, sebelum memasuki fase kuliah, sempat berpikir kalau kuliah itu semenyenangkan yang ditunjukkan orang di akun instagram mereka. Maksudku, foto depan kampus, foto dengan almameter kebanggaan, dan foto bersama teman-teman seorganisasi maupun satu UKM, masing-masing dari mereka membuat ekspresi sumringah (atau bahkan dibuat sok garang jika kampus mereka kedinasan semi militer), seolah tidak menanggung beban berat. Ada lagi, dandanan mereka yang fashionista seakan menghadiri New York Fashion Week.
Penipuan berat, kuliah ternyata abot!
Saya mahasiswa farmasi dan untuk semester ini, minggu-minggu saya penuh praktikum, kuis, dosen pelit nilai, dosen killer, dan kekhawatiran bakal ngulang mata kuliah. Terdapat satu praktikum yang bikin saya overthinking, praktikum bikin resep karena harus mengandalkan kecepatan. Saya pikir saya yang terburuk di kelas praktikum ini dan memang sepertinya begitu.
Hingga suatu ketika, dosen saya berkomentar, "Gini kok mau jadi apoteker." Saya yang mendengar pun langsung mikir.
Iya, ya, gini kok mau jadi apoteker. Kenapa saya nggak bikin apotek tapi yang kerja yang lain saja, saya cukup ongkang-ongkang kaki sambil baca koran.
Malam Selasa merupakan malam yang berat, esok ada praktikum bikin resep itu, tiga jurnal harus kelar, kalimat yang tertulis dalam jurnal kudu sempurna, belum lagi kuis, alhasil saya tidak tidur sampai subuh. Sudah seperti itu, tetapi nilai saya tetap buruk. Bayangkan saja, nilai di bawah lima puluh mulu sementara itu kamu sudah belajar. Sakitnya melebihi diputusin pacar.
"Apa ada kuliah yang nggak berat?" Celetuk saya pada seorang teman. Kala itu, dia masih merapikan jas laboratoriumnya. Kami baru saja selesai praktikum. "Jurusan sastra?"
"Semua kuliah itu berat."
"Bahkan sastra sekalipun?"
"Iya, bahkan sastra, filsafat, dan kawan-kawannya. Semua kuliah itu berat."
Kalau melihat ke bawah, saya bersyukur sekali. Saya masih diberi kesempatan oleh Tuhan buat menuntut ilmu yang lebih tinggi, sedangkan ada banyak anak muda yang pengin kuliah, tapi tidak memiliki kesempatan. Namun, apabila melihat ke atas, saya bisa dibilang minder. Teman-teman saya seperti gampang banget memperoleh nilai, nilai mereka bagus-bagus. Saya seperti terjebak dalam jurang yang dalam.
Kalau melihat ke bawah, saya bersyukur sekali. Saya masih diberi kesempatan oleh Tuhan buat menuntut ilmu yang lebih tinggi, sedangkan ada banyak anak muda yang pengin kuliah, tapi tidak memiliki kesempatan. Namun, apabila melihat ke atas, saya bisa dibilang minder. Teman-teman saya seperti gampang banget memperoleh nilai, nilai mereka bagus-bagus. Saya seperti terjebak dalam jurang yang dalam.
2 Comments
Bagus artikelnya, tapi menurut saya semua bukan tentang nilai,, ya walaupun untuk menentukan lulus tidaknya itu nilai.. Tetap semangat kuliahnya
ReplyDeletemantap gan apalagi kuliah jurusan IT wkwk
ReplyDeletekunjungi juga : www.vazmod.xyz